Kumpulan cerpen bertema sufistik tersebut ditulis oleh Makinudin, pemuda asal Dusun Karanggayam, Desa Bulu Banjarejo. Di dalam buku itu, Makin Mondol--begitu dia akrab disapa kawan-kawannya--menggunakan nama pena Candra Sasadara.
"Dari hampir 50 cerpen, di antologi itu hanya ada 12 cerpen," kata Makin kepada Seputar mBulu, Selasa, 16 Februari 2016. Menurut pria yang saat ini tinggal di Plered, Cirebon, itu, cerpen yang tidak masuk dalam "Pemabuk" nantinya akan diterbitkan di buku berikutnya.
Buku yang lahir dari tangan anak nelayan Bulu ini mendapat apresiasi dari sastrawan Ahmad Tohari. Dia menyebut buku tersebut merupakan kumpulan karya sastra yang berkelas. Atas dasar itu Ahmad Tohari menyarankan untuk dibaca.
"Dalam cerpen sufistik ini, agama-agama sudah mengendap menjadi kerinduan yang sangat kepada Sang Kekasih. Semangatnya berada pada jalur kerinduan kepada Tuhan, yang lebih mendalam daripada sekedar kesadaran beragama. Mari baca!" katanya. (wak)
March 30, 2016 at 7:15 AM
pesen bukunya mas :)