5 Hal yang Menandai Musim Baratan

SEPUTAR MBULU - Pemerhati masyarakat pesisir Bulu, Darsono "Jojon", mengatakan setidaknya ada lima hal yang menandai musim baratan, musim di mana nelayan tidak melaut berbulan-bulan karena angin barat.

Pertama, terkait dengan fenomena cuaca. Menurutnya, setiap pagi terjadi hujan gerimis agak cepat disertai angin kencang, kadang juga disertai hujan lebat, dan matahari agak malu menampakkan senyumnya.

Selanjutnya, kata dia, ditandai dengan munculnya jajanan tradisonal jemblem. "Keberadaan jemblem ini identik dengan baratan, karena jemblem setahuku hanya jadi dambaan pecinta kuliner ketika musim baratan," ujarnya.

Selain itu muncul isu-isu yang telah lampau atau rencana jangka pendek sebagai pengisi aktivitas warga. "Biasanya isu yang sering muncul ada i'tikad untuk merantau, entah keluar kota, pulau, bahkan keluar negeri. Padahal kalau sudah datang musim melaut lupa dengan rencana merantaunya," imbuhnya.

Kemudian berlakunya "hukum fisika": ada uang abang disayang, tak ada uang abang ditendang. "Hukum fisika ini juga berlaku kalau musim baratan. Tak jarang banyak suami rela tidur di pantai atau di masjid, karena si istri tidak mau menemani suami yang tidak berpenghasilan," terangnya.

Terakhir, banyak istri para nelayan tiba-tiba saja sakit mendadak. "Entah sakit kepala atau sakit gigi, dan hal ini bisa di tercium dengan sepotong kertas kotak berlubang kecil, yang di tempelkan di tempat yang dianggap sakit," jelas sosiolog "gadungan" tersebut. (wak)

0 comments

Leave a Reply