SEPUTAR MBULU - Komentar Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan (DPK) Tuban, Sunarto, di Jawa Pos Radar Tuban kemarin yang mengatakan pendapatan pelelangan tahun depan di TPI Bulu ditargetkan mencapai Rp 600 juta dinilai tidak etis.
"Sebelum pemda dan dinas memberi semua perlengkapan di lapangan termasuk cadangan modal untuk lelang, tidaklah etis omong tentang pendapatan ke depan," ujar pemuda pemerhati masyarakat pesisir Bulu yang namanya enggan disebutkan, kemarin.
Padahal, menurutnya, keadaan di lapangan tiap kali lelang tak ubahnya perang Baratayudha. Antara pegawai pelelangan, nelayan, dan tengkulak saling bergesakan. Gesekan tersebut salah satunya dipicu penunggakan pembayaran lelang karena ketiadaan modal.
"Karena itu sampaikah ia (Kepala DPK Tuban) berpikir hingga ke sana? Bagaimana susahnya yang di bawah (pegawai) sampai berdarah-darah. Berangkat perang tidak dibawahi perlengakapan senjata," katanya.
Selain itu, pihaknya juga mempertanyakan besaran target pendapatan pelelangan. Mengingat periode melaut nelayan Bulu bergantung pada angin muson barat-timur dan purnama, ia menganggap target pelelangan sebesar Rp 600 juta terlalu besar.
Berdasarkan perhitungannya, dalam 1 tahun periode melaut nelayan Bulu dibagi 4 musim. Yakni 3 bulan barat-hujan (Desember-Februari), 3 bulan mareng (Maret-Mei), 3 bulan timur-kering (Juni-Agustus), dan 3 bulan laboh (September-November).
"Jadi, ndamar/musim ikan cuma 3 bulan mareng dan 3 bulan laboh. (Itupun) masih dipotong beberapa purnama dan hal tak terduga lainnya," ungkapnya. (wak)
"Sebelum pemda dan dinas memberi semua perlengkapan di lapangan termasuk cadangan modal untuk lelang, tidaklah etis omong tentang pendapatan ke depan," ujar pemuda pemerhati masyarakat pesisir Bulu yang namanya enggan disebutkan, kemarin.
Padahal, menurutnya, keadaan di lapangan tiap kali lelang tak ubahnya perang Baratayudha. Antara pegawai pelelangan, nelayan, dan tengkulak saling bergesakan. Gesekan tersebut salah satunya dipicu penunggakan pembayaran lelang karena ketiadaan modal.
"Karena itu sampaikah ia (Kepala DPK Tuban) berpikir hingga ke sana? Bagaimana susahnya yang di bawah (pegawai) sampai berdarah-darah. Berangkat perang tidak dibawahi perlengakapan senjata," katanya.
Selain itu, pihaknya juga mempertanyakan besaran target pendapatan pelelangan. Mengingat periode melaut nelayan Bulu bergantung pada angin muson barat-timur dan purnama, ia menganggap target pelelangan sebesar Rp 600 juta terlalu besar.
Berdasarkan perhitungannya, dalam 1 tahun periode melaut nelayan Bulu dibagi 4 musim. Yakni 3 bulan barat-hujan (Desember-Februari), 3 bulan mareng (Maret-Mei), 3 bulan timur-kering (Juni-Agustus), dan 3 bulan laboh (September-November).
"Jadi, ndamar/musim ikan cuma 3 bulan mareng dan 3 bulan laboh. (Itupun) masih dipotong beberapa purnama dan hal tak terduga lainnya," ungkapnya. (wak)
0 comments