Bulu, Kampung Nelayan Penyumbang Prajurit Laut Majapahit

SEPUTAR MBULU - Meski berada paling barat Kabupaten Tuban, dalam konteks sejarah masa lalu Tuban, termasuk Majapahit, keberadaan kampung nelayan Bulu tak bisa diabaikan begitu saja.

Menurut sejarawan muda Bulu, Erfan Djawawi, Bulu memiliki sejarah yang berbeda dengan kampung nelayan lain yang ada di Tuban. Sebab, di Bulu terdapat candi batu bata putih sebagai altar pemujaan peninggalan kerajaan Majapahit.

"(Itu) sebagai artefak peninggalan yang tak bakalan ada di daerah pesisir lain," ujar dia saat dihubungi, Kamis, 13 November 2014. Erfan mengatakan adanya candi merupakan bukti bahwa masyarakat Bulu memiliki kedalaman spiritual sudah sejak zaman kolo bendo.

Selain itu, kata Erfan, seperti daerah nelayan lainnya, masyarakat Bulu memiliki karakter yang keras. Hal itu tercermin dari kalimat "menang wanine, menang mogole". Tak sekedar keras, masyarakat Bulu juga berjiwa cakrawarti samudra.

"(Itu) terlihat dari spirit ujar-ujar moyang terdahulu yang sering diucapkan: 'bantalan ombak, kemulan angin'," ujar pria yang mangaku tengah menyusun novel sejarah tentang Bulu dan Tuban ini.

Menurut Erfan, laksamana laut ternama Majapahit, Mpu Nala, pernah tertempa belajar di kampung nelayan Bulu. "Mewarisi semangat samudra raksasa. Mulai cara membuat kapal yang kecil sampan (lagaran/jukung), bercadik, dan berlayar," tuturnya.

Bersama Mpu Nala, sambung dia, Bulu menyumbangkan banyak pemuda-pemuda sebagai wakil dari Kadipaten Tuban untuk menjadi prajurit-prajurit laut handal Majapahit. (wak)

0 comments

Leave a Reply