Internet Buat Siswa Malas

SEPUTAR MBULU - Di era teknologi informasi seperti sekarang, diakui atau tidak, internet telah menjadi kebutuhan banyak orang. Tak terkecuali bagi para siswa dan mahasiswa di Bulu. Seperti halnya buku, internet memberikan segala informasi yang dibutuhkan mereka.

Namun demikian, internet pula yang membuat mereka malas mengerjakan sendiri tugas dari guru atau dosennya. Tak perlu capek-capek browsing mencari bahan, cukup menyerahkan tugas ke penjaga warnet, tugas selesai dengan sendirinya. Hal itu secara terang-terangan diungkapkan penjaga warnet Surfingnet, Nur Hisyam.

"Sebagian orangtua di Bulu percuma membiayai anaknya sekolah. Semua serba simple dengan adanya warnet dan sebagian anak sekolah di Bulu menyerahkan tugasnya kepada penjaga warnet," tulis Hisyam dalam status Facebook-nya, belum lama ini.

Menurutnya, secara tidak sadar mereka telah melakukan tindakan bodoh dan justru membuatnya menjadi pintar karena sering diminta mengerjakan tugas. "Apalagi kalau sudah ada yang bilang wes ndang digolekno sak karep penteng ngerjakno," ujarnya.

Menanggapi masalah tersebut, tokoh pendidikan Bulu, Suko Wahyuwono, mengatakan, "Satu di antara kelemahan kita selama ini adalah kontrol masyarakat terhadap dunia pendidikan, yang tentunya selain sarana prasarana di sekolah dan juga sistem pembelajaran yang cenderung materialistik dan belum menyentuh moral-spiritual."

Padahal, sambung Suko, diakui atau tidak bahwa pendidikan merupakan tanggung jawab pemerintah, keluarga dan masyarakat. "Baik formal maupun informal, semua saling terkait dan saling mendukung," ujar guru SMPN 1 Bancar tersebut.

Menurut Suko, bila hal itu terus berlangsung, apapun kurikulumnya, tak akan mampu meningkatkan mutu pendidikan. "Kalau sudah begini mau kurikulum apapun tak akan mampu meningkatkan mutu pendidikan kita secara signifikan," tegasnya.

Mukhlisin, guru di salah satu sekolah dasar ternama di Surabaya, mengatakan penggunaan teknologi informasi seperti internet merupakan sebuah keharusan terhadap kemajuan sekolah. Untuk mengantisipasi siswa malas mengerjakan tugas sendiri, siswa diminta mempresentasikannya.

"Tentang tugas guru terhadap siswa itu tidak hanya mengumpulkan, akan tetapi dapat mempresentasikan dari hasil yang mereka kerjakan. Insyaallah, cara ini ada tanggung jawab terhadap siswa untuk membuat sendiri," ujar pendidik asli Bulu ini.

Koordinator Coretan Tiang Bulu (CTB), Nur Hadi, menilai tindakan yang tak layak dicontoh tersebut kebanyakan dilakukan oleh siswa dan mahasiswa yang malas membaca. Kendati demikian, pihaknya tak semerta-merta menyalahkan sepenuhnya kepada siswa.

"Yang pasti sekolah formal tidak sepenuhnya mendorong siswa gemar dan mbeling membaca. Karena itu perlu ada sekolah nonformal entah itu dalam bentuk komunitas literasi atau taman baca masyarakat (TBM)," ujarnya.

Sejauh ini, menurut Hadi, menumbuhkan budaya baca pada siswa lebih penting daripada mendorong anak untuk sekolah itu sendiri. "Sekolah mentok hanya sampai S3. Tapi aktivitas baca sampai tutup usia," tegasnya. (wak)

0 comments

Leave a Reply