Heboh Perkalian dan Penjumlahan Berulang, Ini Komentar Profesor Matematika ITB

SEPUTAR MBULU - Profesor matematika Institut Teknologi Bandung (ITB), Hendra Gunawan, menyatakan anak kelas 2 SD sepatutnya belum waktunya diajari tentang definisi.

“Menurut saya, sang guru over acting bila secara sadar ia sudah menuntut anak bekerja dengan definisi (yang ketat pula),” katanya dalam blog pribadinya, hgunawan82.wordpress.com, Selasa, 23 September 2014.

Hendra menilai tidak bijak bila seorang guru mengajari anak kelas 2 SD tentang definisi sementara anak seumuran mereka masih berpikir dalam tahap konkrit. 

“Lagi pula, dalam matematika, definisi tidak harus unik. Beberapa definisi (yang setara) bisa dibuat untuk satu hal yang sama,” tuturnya. Menurutnya, yang namanya definisi itu kesepakatan.

Selain definisi, Hendra juga menyoal penyajian soal. Dalam konteks ini, kata Hendra, guru seyogianya memulai dengan soal perkalian, lalu meminta anak untuk menyelesaikannya dengan menggunakan penjumlahan berulang.

Ia mencontohkan, bagaimana cara menghitung banyak ubin pada lantai yang terdiri dari 4 baris dengan masing-masing baris terdiri dari 6 ubin.

“Dalam hal ini, anak bisa menghitungnya baris per baris: 6 + 6 + 6 + 6 = 24. Tetapi, ini bukan satu-satunya cara. Anak juga bisa menghitung kolom per kolom: 4 + 4 + 4 + 4 + 4 + 4 = 24,” terangnya.

Bahkan, kata dia, anak yang belum mantap dengan penjumlahan berulang bisa juga mencacah ubin tersebut: 1 + 1 + … + 1 = 24. “(Itu) semuanya benar,” tegasnya.

Diberitakan sebelumnya, di media sosial heboh mengenai seorang guru sekolah dasar yang menyalahkan pekerjaan anak didiknya hanya karena dianggap salah dalam menuliskan operasi perkalian atau penjumlahan berulang.

Dalam pekerjaannya itu, si anak menulis 4 + 4 + 4 + 4 + 4 + 4 = 4 x 6. Namun oleh sang guru disalahkan. Menurutnya, yang benar 4 + 4 + 4 + 4 + 4 + 4 = 6 x 4. (wak)

1 comments

  1. http://print.kompas.com/KOMPAS_ART0000000000000000009100514

Leave a Reply