Generasi Sekarang Diminta Berkaca ke Masa Lalu

SEPUTAR MBULU - Harapan insan sepak bola di Bulu terhadap kebangkitan klub-klub sepak bola di Bulu sangat tinggi. Untuk itu generasi sekarang diminta berkaca dari klub-klub legendaris di Bulu yang pernah berjaya di masa lalu.

Bulu pernah memiliki klub sekelas Bintang Sembilan dan PSHW di era 1990-an. Satu dekade sebelumnya, yakni sekitar 1980-an, Bulu melahirkan pemain-pemain sepak bola handal berlabel PS Gunung Tidar.

Sementara di era 2000-an muncul klub-klub baru seperti Semprong (Karang Tengah), Torax (Karang Torax), Araya (Karang Gayam), dan Kera Sakti (Karang Duwur). Keempat klub itu berasal dari Desa Banjarjo.

"Di era 80-an Bulu mempunyai kesebelasan tangguh yang berlabel PS Gunung Tidar yang mempunyai jersey kebanggaan hijau selempang putih dan jersey merah garis putih ala Argentina," kenang Addin Hasanudin, salah satu pemerhati sepak bola di Bulu, Sabtu, 27 September 2014.

"Mereka sangat hebat. Masih ingat aku pemainnya: pak Mukanan, pak Mul, dsb. (Aku) selalu bangga melihatnya di suatu sore di stadion penuh memori, lapangan Banjarjo," tambanya.

Setelah era Mukanan dan Mul, kemudian berganti era Sukir. "Siapa tak kenal beliau ini. Striker nomor wahid se-Bulu raya kala itu. Kemudian ada dua penjaga gawang legendaris favorit sekaligus inspirasi saya: Parman dan Karjono," ujar Juventini yang juga pengagum penjaga gawang Buffon ini.

Menurut pria yang biasa dipanggil Udin ini, di balik kesuksesan PS Gunung Tidar ada seorang manajer sekaligus penyandang dana yaitu almarhum Koh Siong, warga Tionghoa Banjarjo.

Namun, menurut Maskun, salah seorang yang ikut andil memprakarsai pertandingan antara Assyabaab, salah satu klub internal Persebaya 1927, melawan gabungan pemain PSHW-Bintang Sembilan pada 1994, Koh Siong juga dinilai orang yang mematikan klub.

"Siong itu boleh dikatakan manajer sekaligus penyandang dana yang menghidupi klub juga sekaligus mematikan klub karena dipakai alat komoditas judi," jelasnya. (wak)

0 comments

Leave a Reply