Galaxy Setan

Oleh: Bisrul Jawwad

Dalam hal penangkapan ikan sudah dikenal berbagai macam cara yang populer dikalangan para nelayan, salah satu di antaranya adalah dengan penyinaran. Cahaya digunakan untuk menarik perhatian ikan-ikan yang bersifat fototaksis positif [1] dan akan direspons dengan berkumpulnya ikan pada sumber cahaya atau catchable area tertentu untuk kemudian ditangkap dengan menggunakan jaring maupun alat pancing lainnya. Orang Bulu [2] biasa menyebut dengan “ndamar” yang berasal dari kata damar artinya lampu, sehingga ndamar berarti memberi lampu atau menggunakan lampu. Sebagai bocah pesisir saya akan mencoba sedikit mengulas teknik penangkapan ikan ini dalam ranah akademis. Teknik ini biasa dipakai oleh orang luar negeri untuk mencari cumi-cumi, dan ikan-ikan lain yang suka dengan adanya cahaya.

Kenapa judul yang dipakai galaksi setan? Akhir-akhir ini nelayan di Desa Bulu sudah banyak yang menggunakan dengan intensitas pencahayaan yang luar biasa terang (mungkin sampai ribuan candella [3]) karena setiap membeli lampu harus satu set yang berisi dua bola lampu, kemudian mereka menamai dengan galaksi setan. Pertama saya mendengar kata ini juga agak keheranan kenapa ada kata setan-nya!!! Saya pikir mungkin kekuatan pencahayaannya luar biasa seperti setan, ternyata setelah saya tanyakan ke teman yang kebetulan juga "aktivis laut" jawaban dia seperti yang saya jelaskan sebelumnya, yaitu karena belinya set-set-an. Dan lagian juga setelah dengar berulang-ulang, terdengar asyik juga seperti bahasanya orang kulonan [4].

Menurut Brant (1984) penangkapan ikan dengan cahaya adalah suatu bentuk dari umpan yang berhubungan dengan mata (optical bait) yang digunakan untuk menarik dan untuk mengumpulkan ikan. Dalam hal ini cahaya digunakan untuk mengumpulkan (concentrating) ikan pada suatu daerah tertentu sehingga mudah untuk dilakukan operasi penangkapan. Penggunaan cahaya listrik dalam skala industri penangkapan ikan pertama kali dilakukan di Jepang pada tahun 1900 untuk menarik perhatian berbagai jenis ikan, kemudian berkembang dengan pesat setelah Perang Dunia II. Di Norwegia penggunaan lampu berkembang sejak tahun 1930 dan di Uni Soviet baru mulai digunakan pada tahun 1948 (Nikonorov, 1975). Sedangkan di Bulu sendiri teknik ini sudah dikenal lebih dahulu mungkin pada awal abad 19, namun hasil tangkapan dari daerah ini tidak termasuk dalam skala industry.

Kenapa ikan bisa kumpul di bawah cahaya?
            
Ayodhyoa (1981) menyebutkan bahwa peristiwa tertariknya ikan di bawah cahaya dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu:

1. Peristiwa langsung, yaitu ikan tertarik oleh cahaya lalu berkumpul. Ini tentu berhubungan langsung dengan peristiwa fototaksis, seperti pada jenis-jenis sardinella, kembung dan layang.

2. Peristiwa tidak langsung, yaitu karena ada cahaya maka plankton, ikan-ikan kecil dan lain-lain sebagainya berkumpul, lalu ikan yang dimaksud datang berkumpul dengan tujuan mencari makan (feeding). Beberapa jenis ikan yang termasuk dalam kategori ini seperti ikan tenggiri, selar dan lain-lain.

Apa saja yang mempengaruhi ikan dalam berkumpul dibawah cahaya?

1. Cahaya : kuat cahaya (light intensity.), warna cahaya (light colour, merambatnya cahaya ke dalam air laut, pengaturan cahaya, dan lain-lain sebagainya.

2. Air laut gelombang, kekeruhan (turbidity), kecerahan (transparancy), arus,dll.

3. Hubungan cahaya dengan air laut: refraction, penyerapan (absorption). penyebaran (scattering), pemantulan, extinction dan lain-lain sebagainya.

4. Jenis cahaya yang disenangi ikan : berapa besar atau volume rangsangan (stimuli) yang harus diberikan, supaya ikan terkumpul dan tidak berusaha untuk melarikan diri dalam suatu jangka waktu tertentu. Tidaklah dikehendaki, sehubungan dengan berjalannya waktu, pengaruh rangsangan ini akan lenyap, karena ikan menjadi terbiasa (accustomed).

5. Kemampuan daya tarik (attracting intensity) dari cahaya yang dipergunakan haruslah sedemikian rupa sehingga dapat mengalahkan (minimum meng-eliminir) pengaruh intimidasi dari beradanya jaring, kapal, suara mesin dan lain-lain.

6. Berbeda spesies, besar, umur, suasana sekeliling (environment) akan berbeda pula cahaya (intensity, colour, waktu) yang disenangi; dan faktor suasana sekeliling (environmental condition factor) yang berubah-ubah (gelombang, arus, suhu, salinitas, sinar bulan) akan sangat mempengaruhi.

7. Bersamaan dengan spesies ikan yang menjadi tujuan penangkapan akan berkumpul juga jenis lain yang tak diinginkan (ikan kecil, larvae), sedang kita menghendaki catch yang selektif. Ada tidaknya pengaruh cahaya terhadap spawning season, over fishing, resources,dll.

Kini semakin banyak masyarakat yang menggunakan lampu listrik dengan intensitas yang tinggi dalam upaya penangkapan. Lampu listrik selain lebih efektif juga memiliki lebih banyak keunggulan dibandingkan lampu lainnya. Lampu listik dapat ditempatkan pada berbagai posisi di atas kapal maupun di perairan dan tidak terganggu oleh keadaan lingkungan seperti angin atau hujan. Dalam perkembangannya beberapa sumber cahaya yang digunakan sebagai alat bantu  penangkapan di Indonesia antara lain:

a. Obor
Obor dibuat dari bambu yang kemudian diisi dengan minyak tanah dan diberi sumbu pada bagian ujung atasnya. Pada waktu operasi penangkapanq obor ditempatkan pada sisi perahu sedemikian rupa sehingga pancaran cahayanya dapat menerangi permukaan air. Penggunaan alat ini memiliki beberapa kelemahan yaitu cahayanya mudah berubah oleh tiupan angin dan bila turun hujan alat ini tidak dapat digunakan

b. Petromax
Lampu petromaks umumnya memiliki kekuatan cahaya 200 lilin atau sekitar 200 watt. Terdapat dua jenis lampu yang digunakan oleh nelayan yaitu lampu petromaks dengan bola gelas yang berada pada bagian bawah dan tabung lampu yang berada di atas, sedangkan yang satu lagi adalah petromaks dengan tabung minyak pada bagian bawah dan lampu berupa kaos lampu pada bagian atas. Di daerah bulu jenis kedua dahulu lebih banyak digunkan. Biasanya lampu petromaks tidak efisien jika digunakan pada saat terang bulan (purnama), sebab kuat pencahayaannya ketika sampai dipermukaan air tidak lebih kuat dibanding cahaya bulan sehingga ikan cenderung menyebar tidak berkumpul dibawah cahaya lampu. Itulah kenapa pada saat terang bulan nelayan bulu lebih cenderung memilih tidak melaut.

c. Lampu listrik (bertenaga diesel)
Meskipun pemakaian lampu yang bersumber dari tenaga listrik ini lebih mudah, efektif dan efisien, sebab penempatannya dapat diatur sesuai dengan keinginan, namun penggunaan lampu listrik bagi nelayan kecil di Indonesia masih sangat terbatas. Hal ini karena dibutuhkan biaya yang cukup besar dalam pemakaiannya. Yang termasuk dalam lamupu listrik ini diantaranya lampu galaksi, orang bulu dan sekitar biasa mengoprasionalkan menggunakan diesel.

Operasi penangkapan dengan menggunakan alat bantu cahaya tidak dapat dilakukan pada setiap kondisi, ada beberapa persyaratan yang perlu diperhatikan untuk mendapatkan hasil tangkapan yang maksimal.

a) Lingkungan
Kondisi lingkungan yang baik adalah cahaya lampu yang digunakan pada malam yang gelap. Fase bulan menjadi faktor yang menentukan gelap dan terangnya bulan. Light fishing hanya akan efektif dilaksanakan pada bulan gelap, dengan demikian cahaya lampu tidak dapat dioperasikan pada siang hari. Pada saat bulan terang penggunaan cahaya sebagai alat bantu penangkapan menjadi sangat tidak efektif. Akibat adanya cahaya lain yang turut mempengaruhi behavior dari ikan-ikan di perairan. Kondisi ini biasanya diantisipasi oleh nelayan dengan menggunakan cahaya yang lebih terang, namun hal ini hanya akan sedikit membantu dalam operasi penangkapan.

Selain dari fase bulan keadaan keadaan tingkat kekeruhan dalam perairan juga akan mengurangi daya tembus cahaya di perairan pada akhirnya hal ini mempengaruhi efisiensi penggunaan cahaya. Dalam keadaan cuaca yang baik dan arus laut yang tidak terlalu kencang, operasi penangkapan dengan menggunakan lampu akan memberikan pengaruh positif terhadap hasil tangkapan. Arus yang terlampau kencang akan mempengaruhi posisi alat tangkap di dalam air.

b) Penangkapan
Selain faktor-faktor lingkungan diatas, ada beberapa syarat lain yang menentukan keberhasilan suatu operasi penangkapan. Beberapa syarat yang perlu diperhatikan antara lain :

1) Cahaya yang akan digunakan harus tepat untuk jenis ikan yang akan ditangkap dengan mengetahui behavior dari ikan-ikan yang hendak ditangkap terhadap jenis cahaya.

2) Cahaya yang digunakan juga harus mampu menarik ikan pada jarak yang jauh baik vertikal maupun horisontal, untuk syarat ini biasa digunakan cahaya berwarna biru atau hijau.

3) Ikan-ikan diusahakan untuk berkumpul pada area penangkapan tertentu.

4) Waktu yang tepat untuk menentukan mulai penangkapan terhadap ikan-ikan yang telah berkumpul, setelah ikan mulai berkumpul diusahakan ikan tetap tenang berada pada area penangkapan sampai batas waktu tertentu sebelum dilakukan penangkapan, untuk itu diusahakan agar ikan tidak melarikan diri atau menyebar.

c) Biologi
Dalam hubungannya dengan keberhasilan operasi penangkapan dengan menggunakan cahaya, perlu kiranya diketahui kebiasaan dari ikan-ikan yang akan ditangkap.
Peranan Cahaya dalam Air

Cahaya merupakan bagian yang fundamental dalam menentukan tingkah laku ikan di laut (Woodhead, 1966). Stimuli cahaya terhadap tingkah laku ikan sangat kompleks antara lain intensitas, sudut penyebaran, polarisasi, komposisi spektralnya dan lama penyinaran. Nicol (1963) telah melakukan suatu telaah mengenai penglihatan dan penerimaan cahaya oleh ikan dan menyimpulkan bahwa mayoritas mata ikan laut sangat tinggi sensitifitasnya terhadap cahaya. Tidak semua cahaya dapat diterima oleh mata ikan. Cahaya yang dapat diterima memiliki panjang gelombang pada interval 400 . 750 m (Mitsugi, 1974, Nikonorov, 1975).

Penetrasi cahaya dalam air sangat erat hubungannya dengan panjang gelombang yang dipancarkan oleh cahaya tersebut. Semakin besar panjang gelombangnya maka semakin kecil daya tembusnya kedalam perairan. Dengan demikian maka cahaya biru akan menembus jauh ke dalam perairan daripada warna lainnya. Didalam penerapannya pada operasi penangkapan ikan, maka untuk menarik ikan dari jarak yang jauh baik secara vertikal maupun horizontal digunakan warna biru karena dapat di absorbsi oleh air sangat sedikit sehingga penetrasinya ke dalam perairan sangat tinggi. Untuk mengkonsentrasikan ikan di sekitar Catchable area digunakan warna merah atau kuning karena daya tembusnya rendah.

Selain panjang gelombang, faktor lain yang menentukan penetrasi cahaya masuk ke dalam perairan adalah absorbsi cahaya dari partikel-partikel air,kecerahan, pemantulan cahaya oleh permukaan laut, musim dan lintang geografis (Nybakken, 1988). Ben-Yami (1987) menyatakan bahwa nilai iluminasi (lux) suatu sumber cahaya akan menurun dengan semakin meningkatnya jarak dari sumber cahaya tersebut dan nilainya akan berkurang apabila cahaya tersebut masuk ke dalam air karena mengalami pemudaran.

Cahaya yang masuk ke dalam air laut akan mengalami refraction atau pembiasan, penyerapan (absorption), penyebaran (scattering), pemantulan (reflection) dan lain-lain (Ayodhyoa, 1981). Cahaya lebih jelas terlihat pada keadaan air yang jernih daripada air yang telah menjadi keruh dan meyebabkan cahaya menjadi melemah atau bahkan hilang sama sekali. Pengukuran cahaya dapat digambarkan sebagai berikut:

E = F / A , E = I / R2
E = Kuat penerangan (Lux)
F = Flux cahaya (lumen)
A = Luas sebaran cahaya (m2)
I = Intensitas cahaya (candela)
R = Radius penerangan (meter)

Dimana kuat penerangan E (lux) sebanding dengan Intensitas Cahaya I (candela ) dan berbanding terbalik dengan radius penerangan (meter). Kuat penerangan berkurang dengan bertambahnya kuadrat jarak sumber cahaya dan intensitas cahaya berkurang dengan cepat dari jarak sumber cahaya pada medium yang berbeda. Kuat penerangan ini erat hubungan dengan tingkat sensitifitas penglihatan ikan, dengan kata lain bahwa berkurangnya derajat penerangan akan menyebabkan berkurangnya jarak penglihatan ikan. Jadi dengan berkurangnya kekuatan penerangan beberapa puluh lux saja, maka jarak penglihatan ikan terhadap objek akan menurun pula. Jarak penglihatan ikan juga tergantung pada ukuran objek itu sendiri (Fridman, 1969).

Daftar Pustaka
Anonymous. 1975. Standard Statistik Perikanan. Buku I. Direktorat Jenderal Perikanan. Departemen Pertanian. Jakarta.
Anonymous. 2002. Profil Departemen Kelautan Dan Perikanan Republik Indonesia. Departemen Kelautan dan Perikanan. Jakarta.
Ayodhyoa. 1976. Teknik Penangkapan Ikan. Bagian Teknik Penangkapan Ikan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Ayodhyoa. 1981. Metode Penangkapan. Yayasan Dewi Sri. Bogor.
Fridman, A.L. 1969. Theory And Design Of Commercial Fishing Gear. Israel Program For Scientific Translation. Jerusalem.

[1] Rangsangan berupa cahaya yang direspon secara positif, ketika ada cahaya ikan akan mendekat begitu juga sebaliknya
[2] Desa tempat penulis dilahirkan dan dibesarkan, berlokasi di Kabupaten Tuban, Jawa Timur
[3] Satuan intensitas cahaya
[4] Orang Kulonan = orang barat (eropa)

2 comments

  1. ada lg ga ya yg legkap.

  2. tanya langsung ke penulisnya mas. ni fb-nya: cak wad

Leave a Reply