Candi Bulu Hanya Tinggal Nama

Tak gampang merawat peninggalan sejarah. Candi Bulu, di Dusun Karangcandi, Desa Bulujowo, Kecamatan Bancar, kini tinggal namanya yang dikenang. Bentuk candi tersebut sudah tertutup gundukan tanah dan hanya menyisakan lima lima batu.

Lima batu terlihat nongol di atas gundukan sebuah pekarangan. Batu putih kehitaman itu ada yang berbentuk banteng. Bebatuan tersebut bentuknya tak bisa terlihat utuh. Sebab, sebagian bentuk batu itu rusak dan terpendam tanah.

Lima batu itu merupakan bagian dari candi Bulu. Letaknya sekitar 150 meter (m) dari titik pusat candi. Titik pusat candi kini sudah tak terlihat lagi karena tertimbun gundukan tanah. Bahkan, warga sekitar Desa Bulujowo memanfaatkan lahan yang ada untuk pemakaman umum. ”Seng ketok cuma gundukan saja, batu candinya wis nggak ketok,” ujar Sardi, salah satu warga Desa Bulujowo Kamis (18/6) siang lalu.

”Ini (lima batu) pun nggak ada yang membongkar,” imbuhnya.Candi Bulu pernah dibongkar BP3 Trowulan, Mojokerto. ”Namun, entah kenapa tidak dilanjutkan lagi,” tutur pria berkumis itu.Candi yang kini untuk lahan makam itu merupakan lahan desa. ”Mungkin sebelum digali (BP3 Trowulan) sudah dipakai makam,” ujar Kades Bulojowo Zainal Wafa.

Kades yang baru menjabat sejak 2007 ini tak mengetahui secara detail tentang sejarah Candi Bulu. ”Yang banyak (informasi) sejarah candi Bulu itu ada di Museum Kambang Putih Tuban,” tutur Kades yang masih duduk di bangku kuliah Unisma Malang ini. ”Memang kami mempunyai rencana untuk menggali sejarah itu,” imbuh Kades kelahiran 3 Maret 1981 ini.

Kepala Museum Kambang Putih Tuban Surpriyadi menuturkan, candi Bulu merupakan candi pada zaman kerajaan Majapahit. ”Candi itu ada sebelum islam masuk,” cerita dia. Candi seluas 25 meter (m) persegi itu dinilai sama dengan candi di kompleks Museum Kambang Putih.

”Candi watu tiban ada tulisnya sirno ilang kertaning bumi. Sirno = 0, Ilang = 0, Arta = 4, Bumi = 1. Dibaca dari belakang 1400 tahun saka atau 1478 Masehi. Dan candi Bulu itu sama dengan candi di kompleks museum,” jelas Supriyadi.

Lima bebatuan yang masih terlihat itu, menurut dia, merupakan pintu masuk candi bulu. Candi Bulu pernah digali BP3 Trowulan 1979. Hasilnya, bentuk candi masih utuh, seperti candi Tikus dan candi Mojokerto. Namun, usai diteliti BP3 Trowulan, kata Supriyadi, penelitian candi tersebut tidak bisa dilanjutkan. Alasannya, lokasi candi sudah dipakai untuk pemakaman warga setempat. ”Sekarang sulit dikembangkan karena masalahnya lingkungan sekitar,” tutur dia. (Zaki Tamami / Radar Bojonegoro)

0 comments

Leave a Reply