5 Ciri Musim Baratan

Pelaku sekaligus pemerhati masyarakat pesisir Bulu Jojon Haedar Bahari Delpiero menilai setidaknya ada lima ciri yang menandai masuknya musim baratan, musim di mana nelayan tidak melaut berbulan-bulan karena cuaca buruk seperti sekarang.

Pertama terkait dengan fenomena cuaca. "Setiap pagi terjadi hujan gerimis agak cepat disertai angin kencang, kadang juga disertai hujan lebat, dan matahari agak malu menampakkan senyumnya," katanya, Sabtu (25/1), di laman grup Facebook Coretan Tiang Bulu.

Ciri kedua, kata dia, ditandai dengan munculnya jemblem, jajanan tradisonal berbahan dasar singkong dan dibentuk bulat dengan diisi gula jawa. "Keberadaan jemblem ini identik dengan baratan, karena jemblem setahuku hanya jadi dambaan pecinta kuliner ketika musim baratan," ujarnya.

Menuru pemuda yang masih berstatus jomblo ini ciri yang ketiga adalah munculnya isu-isu yang telah lampau atau rencana jangka pendek, sebagai pengisi aktivitas warga. "Biasanya isu yang sering muncul ada itikad untuk merantau, entah keluar kota, pulau, bahkan keluar negeri. Padahal kalau sudah datang musim melaut lupa dengan rencana merantaunya," imbuhnya.

Nelayan yang berposisi sebagai juru mesin KM KL ini menambahkan ciri keempat, yaitu berlakunya "hukum fisika": ada uang abang disayang, tak ada uang abang ditendang. "Hukum fisika ini juga berlaku kalau musim baratan. Tak jarang banyak suami rela tidur di pantai atau di masjid, karena si istri tidak mau menemani suami yang tidak berpenghasilan," terangnya.

Ciri terakhir, tambah dia, banyak ibu-ibu tiba-tiba saja sakit mendadak. "Entah sakit kepala atau sakit gigi, dan hal ini bisa di tercium dengan sepotong kertas kotak berlubang kecil, yang di tempelkan di tempat yang dianggap sakit," pungkasnya. (wak)

0 comments

Leave a Reply