Sejarah Bulu Tak Lepas dari Warga Tionghoa

SEPUTAR MBULU - Sejarawan muda Bulu, Erfan Djawawi, mengatakan sejarah Bulu tidak bisa lepas dari warga Tionghoa. Menurutnya, warga Tionghoa ikut andil dalam membentuk tatanan ekonomi, sosial, dan budaya masyarakat Bulu.

Dalam tatanan ekonomi, misalnya, warga Tionghoa turut mendorong cikal-bakal lahirnya Pasar Layur. "Cikal-bakal Pasar Layur tak lepas dari jasa mereka," katanya saat dihubungi, Selasa, 7 Oktober 2014.

Sementara dalam tatanan sosial, mereka menciptakan hubungan harmonis di antara warga. Mereka hidup begitu dekat dan berbaur dengan warga seakan bukan dari dua ras yang berbeda.

Namun keharmonisan itu ternodai oleh kerusuhan 98, yaitu peristiwa penjarahan dan pengrusakan sejumlah rumah dan toko milik warga Tionghoa oleh pemuda setempat, yang terjadi tepat pada malam takbiran 28 Januari 1998.

Erfan mengatakan andai saja sebagian dari mereka tidak pergi karena tekanan ekonomi dan diskriminasi, bisa jadi separuh penduduk Desa Banjarjo adalah Tionghoa, mengingat dulu jumlah mereka begitu banyak.

Adapun dalam tatanan budaya khususnya kuliner, warga Tionghoa turut memperkaya makanan tradisional. "Itu terlihat mengapa Bulu begitu kaya dengan makanan-makanan tradisonal dibanding dua tetangganya Sarang dan Tambakboyo," ungkap pria yang juga koordinator CTB tersebut. (wak)

0 comments

Leave a Reply