Menanti Maaf dari Sang Presiden

Oleh: Rahmadi

Muhammad Arsyad, si tukang kipas sate, dan keluarganya tinggal menunggu kebesaran hati sang presiden untuk memberinya maaf dan menarik laporannya di Mabes Polri terkait tuduhan penghinaan yang dilakukan Arsyad di salah satu media sosial. Hal sekecil ini jika Jokowi tak kunjung memberikan maaf, justru akan menimbulkan preseden buruk untuk kelangsungan komunikasi politik di Indonesia.

Masyarakat akan banyak timbul pertanyaan. Apa betul bapak presiden tidak mendengar penyesalan si Arsyad dan ibunya yang mengiba-ngiba memohon maaf? Apa betul bapak presiden sengaja membiarkan permasalahan ini diproses secara hukum sekedar memberi peringatan agar si pelaku tak mengulang perbuatannya yang telah menghina dirinya? Atau jangan-jangan hati sang presiden sudah membeku dan membatu hingga tak mau memaafkan si Arsyad?

Hari ini peristiwa tersebut diawali oleh si Arsyad, entah besok, lusa atau bulan depan, siapa lagi yang akan dilaporkan ke Mabes Polri oleh si Henry Yosdiningrat, pengacara arogan dan Mendagri Cahyo Kumolo?

Bapak presiden yang terhormat, mari sejenak kita belajar dari sang pembawa revolusi mental ini: Rosullullah, insan paripurna yang kata-katanya mengandung ajaran dan nasehat yang mulia serta perilakunya yang agung senantiasa kita jadikan teladan.

Dalam sejarah Rasulullah SAW ketika beliau datang memasuki kota Mekkah yang telah beliau taklukkan dari tangan orang-orang kafir. Kota Mekah, kota yang penduduknya telah puluhan tahun banyak menyakiti beliau dan sahabat-sahabat beliau. Saat para tawanan berkumpul menunggu hukuman (pembalasan), Rasulullah bertanya kepada mereka, “Bagaimana sikapku terhadap kalian?” Mereka menjawab, "Engkau orang mulia dan putra seorang mulia". Maka Rasulullah bersabda, “Kalau begitu, pergilah, kalian bebas."

Inilah sikap Rasulullah ketika kembali dari Thaif dengan kepala berdarah-darah akibat lemparan batu penduduk Thaif. Rasulullah juga sedih akibat perlakuan dan sikap buruk penduduknya. Mereka memerintahkan para budak dan membayar orang-orang untuk mencaci maki beliau, mereka melempari apa saja, kotoran, batu ke arah beliau.

Ketika itu malaikat Jibril datang menjumpai Nabi dan berkata, “Wahai Muhammad, jika engkau berdo’a memohon kepada Allah SWT, agar perintahkan aku, maka aku akan menimpakan dua gunung Akhsyabin ke atas mereka." Namun Rasulullah menjawab,” Tidak. Aku hanya memohon kepada Allah agar Allah mengeluarkan dari sulbi mereka keturunan-keturunan yang menyembah Allah dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun”.

Sobat, kita tunggu reaksi sang presiden dalam menyikapi masalah ini sembari kita mendoakan agar presiden mau memberi maaf kepada Arsyad dan keluarganya. Namun jika presiden tak kunjung memberikan maaf, kita berdoa agar presiden kita diberi hidayah.

0 comments

Leave a Reply