Penghapusan ujian nasional (UN) untuk sekolah dasar, sekolah dasar luar biasa, dan madrasah ibtidaiyah oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) mulai tahun 2014 disambut baik oleh sejumlah pendidik di Bulu.
Salah satu pendidik yang menyambut baik adalah guru agama SD Muhammadiyah 1 Bancar, Afi Ahsan. "Sangat setuju (pengapusan UN) karena belajar enam tahun hanya ditentukan tiga hari ujian," katanya kepada Seputar mBulu, Kamis (5/11).
Selain itu menurut mantan Ketua Pemuda Muhammadiyah Kecamatan Bancar tersebut, ujian nasional merupakan keputusan sepihak dengan menafikan nilai-nilai yang lain, terutama pelajaran pendidikan agama islam (PAI).
"Penilaian dalam PAI terdiri dari beberapa nilai, di antaranya afektif, psikomotorik, dan kognitif. Tidak mungkin nilai seorang siswa itu 65-70 hanya karena dalam mengerjakan soal salah semua, padahal dia dapat mempraktekkan caranya sholat, wudhu dll," ujarnya.
Oleh karena itu, lanjut dia, dalam kurikulum 2013 yang diprioritaskan adalah pembentukan karakter bangsa dengan cara mengembangkan semua materi/ pelajaran dikaitkan dengan agama (tematik).
Ahsan menambahkan, walaupun PAI tidak termasuk yang di UN-kan, ujian sekolah lebih baik karena nilai yang diambil adalah gabungan dari beberapa nilai kemudian menjadi nilai rapor.
Ahsan menambahkan, walaupun PAI tidak termasuk yang di UN-kan, ujian sekolah lebih baik karena nilai yang diambil adalah gabungan dari beberapa nilai kemudian menjadi nilai rapor.
Semantara itu saat disinggung mengenai kebijakan Kemendikbud yang lain, yaitu siswa tidak boleh tinggal kelas, dirinya belum mau berkomentar banyak. "Masalah tinggal kelas aku belum paham mekanismenya seperti apa," ucapnya. (wak)
0 comments